Wednesday, December 8, 2010

Perbalahan SUNNAH-SYIAH menguntungkan ISRAEL

Assalammualaikum wbtwrh

Aku akui aku tidak pandai menulis artikel dan sejarah tentang kelompok-kelompok Islam di dunia. Namun aku akui, perselisihan umat Islam sekarang memberi keuntungan kepada Israel, Amerika dan sekutu-kutunya untuk menghancurkan Islam. Lenyapkanlah segala fitnah yang pernah ditaburkan dan jangan membara kan lagi api yang sudah semarak itu. Umat Islam harus bersatu, bersatu dalam akidah, pemikiran dan perjuangan.

Wahai Orang-Orang Berakal di Antara Kelompok Sunnah dan Syi`ah!

Oleh: `Aidh Al-Qarniy.

Sejauh ini kita telah gagal menghapus perbedaan pendapat di antara kelompok Sunnah dan Syi`ah, walaupun telah berlalu puluhan abad. Maka wajiblah kita mengakui bahwa perbedaan tersebut adalah sesuatu yang memang ada, namun jangan sekali-kali mengembangkannya sehingga menjadi pertentangan berdarah. Cukuplah luka-luka yang kita derita. Cukuplah perpecahan yang mengoyak-koyak kita. Sudah amat banyak bencana yang menghancurkan kita, umat Islam. Sementara itu, zionisme internasional selalu bersiap-siap untuk menghancurkan kita dan mencerabut eksistensi kita dari akar-akarnya. Apa gunanya mengulang-ulang pidato-pidato yang mencaci maki, menyakiti hati, memprovokasi, memusuhi dan menyebut-nyebut kejelekan dan aib masing-masing kelompok? Manfaat apa yang diharapkan dari permusuhan yang menumpahkan darah si Sunni maupun si Syi`i?

Masing-masing kelompok di antara Sunnah dan Syi`ah menganut kepercayaan tentang kebenaran mazhabnya sendiri dan kesalahan mazhab selainnya. Anda takkan mampu mengubah prinsip-prinsip utama yang telah dipercayai manusia sepanjang mereka tetap berkeras hati untuk mempertahankannya. Kami, Ahlus-Sunnah, beri`tiqad bahwa kebenaran ada pada kami, baik melalui Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Dan apabila kaum Syi`ah (mungkin) merasa bahwa kami kurang memberikan penghargaan kepada hak Ahlul-Bait, maka kami ingin menegaskan dengan kuat, terus terang, tanpa tedeng aling-aling, bahwasanya kami berlepas tangan di hadapan Allah dari siapa saja yang merendahkan urusan Ahlul-Bait, atau mencaci mereka atau melecehkan mereka. Bersamaan dengan itu, kami meminta agar kaum Syi`ah juga berhenti merendahkan martabat para Sahabat Nabi saw. atau melecehkan mereka atau mencaci mereka. Membela dan menjaga kehormatan Ahlul-Bait dan para Sahabat merupakan kewajiban atas setiap Muslim dan Muslimah.

Menjadi kewajiban orang-orang berakal, dari kalangan Sunnah dan Syi`ah, untuk berupaya sungguh-sungguh mengubur segala macam fitnah (penyebab pertikaian) di antara mereka, menghindari segala bentuk provokasi atau kebiasaan melempar ancaman ataupun tuduhan pengkhianatan ke alamat kelompok yang lain.

Wahai orang-orang berakal di kalangan Sunnah dan Syi`ah! Cabutlah semua sumbu pertikaian. Padamkanlah semua api pertikaian. Janganlah menambah lagi bencana umat ini di atas segala bencana yang sudah mereka alami.

Wahai orang-orang berakal di kalangan Sunnah dan Syi`ah, biarlah masing-masing memilih jalannya sendiri, biarlah masing-masing menentukan arah pandangannya sendiri, sampai kelak saat Allah memutuskan apa yang kita perselisihkan di antara kita.

Wahai orang-orang berakal di kalangan Sunnah dan Syi`ah! Jangan sekali-kali memberi kesempatan para musuh Islam menghancurkan bangunan umat ini, melibas eksistensi mereka, menghapus jejak risalahnya dan mencemarkan segala kepercayaan sucinya.

Wahai orang-orang berakal di kalangan Sunnah dan Syi`ah! Haramkanlah segala fatwa yang membolehkan membunuh, menumpahkan darah dan mengobarkan api permusuhan, kebencian dan kedengkian. Kita semua, Sunnah dan Syi`ah, menyerukan hidup berdampingan secara damai serta bersedia berdialog dengan kelompok-kelompok non-Muslim. Apakah kita harus gagal menjalani kehidupan damai antara kaum Sunnah dan Syi`ah? Siapa saja yang gagal memperbaiki urusan rumahnya sendiri, tidak akan berhasil memperbaiki urusan rumah orang lain.

Demi keuntungan siapakah terdengarnya suara sumbang busuk tak bertanggungjawab yang berseru: “Hai Syi`i, bunuhlah seorang Sunni, niscaya kau masuk surga!” Lalu dari arah yang lain terdengar suara: “Hai Sunni, bunuhlah seorang Syi`i sebagai penebus agar kau terhindar dari neraka!” Logika apa ini?! Akal apa ini?! Dalil apa ini?! Hujjah apa ini?! Bukti apa ini?!

Wajiblah kita berkata: “Hai Sunni, darah si Syi`i adalah suci; haram menumpahkannya! ” “Hai Syi`i, darah si Sunni adalah suci; haram menumpahkannya! “

Belum tibakah saat kita sadar dan mendengarkan suara hati nurani dan akal sehat serta panggilan agama? Jangan sekali-kali ada lagi pelanggaran atas keselamatan orang lain. Jangan ada lagi kezaliman. Jangan pula ada lagi provokasi di antara sesama kita. Jangan ada lagi upaya menyenamgkan hati para musuh, dengan mengoyak-koyak barisan-barisan kita sendiri. Jangan ada lagi upaya menghancurkan rumah-rumah kita dengan tangan-tangan kita sendiri. Jangan lagi ada upaya membunuh diri kita dengan pedang-pedang kita sendiri.

Barangkali yang terbaik untuk menghentikan pertikaian di antara Sunnah dan Syi`ah ialah dengan meniru apa yang dilakukan kaum badui (yang dimaksud tentunya di negeri Saudi Arabia—penerj) : setiap kali terjadi tabrakan di antara mobil-mobil mereka, mereka berkata: “Masing-masing memperbaiki mobilnya sendiri!” Segera pula masalahnya selesai, tanpa polisi lalu-lintas, tanpa denda tilang dan tanpa hukuman penjara!

Oleh sebab itu, wahai kelompok Sunnah dan Syi`ah, masing-masing kita “hendaknya memperbaiki kendaraannnya sendiri-sendiri! ” Allah swt telah memerintahkan kita agar memperlakukan kaum non-Muslim dengan perlakuan yang baik, sepanjang mereka tidak memerangi kita atau mengusir kita dari perkampungan- perkampungan kita. Sebagaimana dalam firman-Nya: “Allah tidak melarang kamu memperlakukan mereka yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu dari perkampungan- perkampungan kamu (Allah tidak melarang kamu) memperlakukan mereka dengan baik dan bersikap adil terhadap mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.”

Begitulah perlakuan terhadap kaum non-Muslim. Perlakuan baik di sini artinya adalah mencegah diri jangan sampai mengganggu mereka, berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang terpuji dan hidup berdampingan dengan aman dan damai. Maka betapa pula dengan kelompok-kelompok sesama Muslim meskipun berbeda pandangan dan pendirian?? Apa yang dikatakan orang-orang lain ketika menyaksikan masing-masing kita menumpahkan caci-maki dan sumpah serapah ke alamat saudara kita sesama Muslim, penuh pelecehan dan penghinaan?? Saudara-saudara sekandung pun, jika mereka tidak mampu memperbaiki hubungan di antara mereka dan berdiri rapat dalam satu barisan, pastilah mereka itu dalam pandangan masyarakat menjadi rentan terhadap permusuhan, perpecahan, kegagalan dan kekalahan.

Mari kita tinggalkan pidato-pidato berapi-api yang penuh kebencian dan kata-kata kosong tak berharga sedikit pun, lalu kita semua kembali sebagaimana diperintahkan Allah swt: “Berpeganglah kamu sekalian erat-erat dengan tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai! ” (Diterjemahkan oleh M.Bagir)

___________________________________________________________________

Sememangnya sejarah telah menyaksikan sehingga hari ini, wujud jurang antara sunnah dan syiah sehingga sikap saling mencurigai itu bukanlah satu rahsia lagi. Ketika Ayatullah Khomeini berjaya menggulingkan Shah Iran pemerintah boneka Amerika pada tahun 1978-79, kelihatan jurang tersebut cuba dirapatkan. Ramai pemimpin gerakan Islam dari seluruh dunia termasuk Malaysia melawat Iran untuk mengikuti detik yang dianggap pada ketika itu sebagai bermulanya keruntuhan sekular di dunia Islam. Bagaimanapun Israel dan kuasa Kuffar cepat menghidu ancaman ini sehingga mempergunakan Saddam Hussin mengekang kemaraan Revolusi Iran. Hampir satu dekad Iran bergelumang menghadapi Iraq yang dilengkapi dengan senjata dari Amerika, sehinggalah tentera Iran telah berjaya masuk ke Iraq sehingga ke Basrah. Ketika itu barulah Saddam Hussin beralah yang membawa kepada perdamaian. Semasa krisis Iraq-Iran hampir keseluruhan negara Arab kecuali Syiria berpihak kepada Iraq. Pada ketika ini juga sentimen sunnah dan syiah ditonjolkan sehingga ada dari kalangan sunnah yang menganggap Iran jika berkuasa lebih bahaya dari Amerika dan Israel. Sememangnya terdapat dari kalangan syiah golongan yang tidak boleh bertolak ansur dengan sunnah sebagaimana juga di kalangan sunnah terdapat juga golongan tersebut.

Namun demikian kepimpinan Iran dilihat cuba merapatkan jurang tersebut sehingga menaja pendekatan ‘Taqrib Baynal Mazahib’ yang telah menimbulkan kecurigaan golongan ‘keras’ dalam sunnah dan syiah sendiri. Selepas peperangan Iraq-Iran usaha ini cuba disuburkan tetapi terus mendapat tentangan dari kedua-dua pihak dalam sunnah dan syiah. Akhirnya usaha merapatkan jurang mazhab itu terus hilang dan kecurigaan antara sunnah dan syiah semakin melebar. Kawasan yang paling hebat pertentangan sunnah dan syiah ialah Asia Selatan iaitu Pakistan, India dan Afghanistan. Di Pakistan pertentangan tersebut sehingga membawa kepada mengebom masjid dan melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh. Demikian juga di India tetapi tidaklah sampai ke peringkat pengeboman seperti di Pakistan. Manakala di Afghanistan selepas kejayaan Dr Abdullah Azzam menyatukan para kumpulan Mujahidin termasuk golongan syiah yang diwakili oleh Hizbi Wahdat sehingga menghalau keluar tentera Soviet Union, jurang itu kembali wujud sehingga pentadbiran Mujahidin selepas perang kucar-kacir.

Hasrat untuk mendirikan Kerajaan Islam di Afghanistan terus berkubur disebabkan bukan sahaja jurang antara mazhab tetapi juga jurang antara suku kaum. Negara Iran adalah antara negara pertama yang mengiktiraf Kerajaan Mujahidin yang dikuasai oleh golongan sunnah di Afghanistan. Malah beberapa
pimpinan sunnah Afghanistan seperti Hekmatayar mempunyai hubungan yang baik dengan Iran. Malangnya dasar ‘pecah dan perintah’ kuasa kuffar terus melemahkan umat Islam meskipun mereka sudah melakukan jihad yang cukup mengagumkan di Afghanistan. Sehingga kini Afghanistan terus bergolak dan tidak diketahui penghujungnya. Semasa tentera bersekutu yang dipimpin oleh Amerika menyerang Iraq dalam Perang Teluk tahun 1990, Iran mengambil sikap menentang tentera bersekutu walaupun tidak menzahirkan sokongan kepada Iraq. Di kalangan negara-negara Timur Tengah hanya beberapa negara yang mengambil sikap menentang Amerika termasuk Iran, Syiria dan Palestine. Dalam konteks hubungan luar antara negara-negara dunia Islam jelas menunjukkan Iran mengenepikan perbezaan mazhab. Bagaimanapun golongan ‘keras’ dari kalangan sunnah tetap mencurigainya dengan masih lagi mengekalkan tanggapan Iran lebih merbahaya daripada Amerika dan Israel. Selepas selesai Amerika dan Britain menceroboh Iraq dalam tahun 2004, kelihatan umat Islam Iraq dengan disertai mujahidin Arab yang lain mulai memberi tentangan yang sengit terhadap tentera musuh.

Difahamkan satu persidangan antara ulama terkemuka sunnah dan syiah telah diadakan bagi merapatkan jurang dan bersatu menghadapi musuh sebenar Amerika, Britain dan Israel. Golongan sunnah dan syiah bangkit serentak menentang tentera musuh. Bagi golongan sunnah yang berpusat antaranya di Tikrit termasuk juga dari kalangan Kurdis telah menggunakan beberapa nama kumpulan antaranya yang diketuai oleh Abu Musab al-Zarkawi. Golongan syiah pula diketuai oleh Muqtada al-Sadr yang dikenali sebagai tentera al-Mahdi. Tentera Amerika dan Britain telah menghadapi kekangan yang hebat apabila kedua-dua golongan sunnah dan syiah secara serentak berhadapan dengan mereka. Bagi melemahkan umat Islam sekali lagi golongan musuh melaksanakan dasar ‘pecah dan perintah’ dengan menaja demokrasi ‘ala-Amerika’ dan menonjolkan golongan syiahlah yang sepatutnya diberi kuasa kerana mereka majoriti. Lebih menarik lagi umat Islam di Iraq dibahagikan kepada tiga iaitu sunnah, syiah dan kurdis. Maka jurang mazhab dan jurang suku kaum sekali lagi digunakan untuk memecah dan sekaligus melemahkan tentangan umat Islam.

Tawaran demokrasi ini telah menarik minat Ayatullah Ali Sistani sehingga menggesa tentera pimpinan Muqtada al-Sadr meletak senjata meskipun pada peringkat awalnya beliau tidak bersetuju. Bila golongan syiah mula meletakkan senjata diikuti golongan kurdis (juga sunnah), maka kekangan yang dihadapi oleh tentera musuh semakin lemah. Tidak cukup dengan itu mula berlaku pula pengeboman di masjid-masjid milik syiah dan sunnah. Media Barat dengan pantas menggembar- gemburkannya sebagai peperangan antara mazhab. Insiden pengeboman masjid ini sukar untuk dipastikan siapakah dalangnya, tetapi yang jelas mereka yang berpegang kepada sunnah tidak akan tergamak mengebom masjid yang terletak di dalamnya makam Saiyidina Hussin ra (cucu Rasulullah) walaupun itu masjid syiah.

Di tengah-tengah kancah peperangan di Iraq, tiba-tiba Hamas memenangi pilihanraya di Palestine. Perkembangan terbaru politik di Palestine ini menimbulkan kebimbangan baru kepada Amerika dan sekutunya Israel. Maka berbagai langkah diambil termasuk sekatan dana antarabangsa sampai ke tangan kerajaan Hamas. Negara Iran mengambil sikap yang pro-aktif menyokong kepimpinan Hamas dengan mengenepikan jurang mazhab. Malah pemimpin Hamas, Khalid Mashal telah mengunjungi Iran menemui presidennya bagi mendapat sokongan. Di kalangan negara Timur Tengah malah negara-negara dunia Islam, Iran paling kehadapan membela Hamas. Di negara-negara dunia Islam yang lain sokongan datang dari gerakan Islam bukannya kerajaan. Negara Iran sendiri sedang menghadapi tekanan hebat daripada Amerika dan sekutunya Britain berhubung dengan program nuklearnya. Sepertimana kerajaan Hamas, Iran juga terkontang- kanting sendirian menghadapi serangan politik tersebut. Berbagai provokasi telah dilontarkan oleh Ahmadinejad seperti menghapuskan negara Israel dan peristiwa Holocaust, tidak mendapat sambutan negara-negara dunia Islam yang lain.

Maka tinggallah kerajaan Hamas yang mewakili sunnah dan kerajaan Iran yang mewakili syiah menghadapi tekanan berterusan daripada Amerika dan Israel di Timur Tengah. Kemuncak kepada tekanan tersebut ialah pencerobohan Israel di bumi Palestine dan Labenon dengan alasan membebaskan 3 orang tenteranya yang diculik. Presiden Iran, Ahmadinejad dengan tegas menyatakan pencerobohan di Palestine sebagai memerangi dunia Islam seluruhnya tanpa mengira sunnah atau syiah. Ketika Isreal sibuk menghadapi pejuang Islam di Palestine tiba-tiba Hizbullah mewakili golongan syiah yang pro-Iran melakukan serangan terhadap tentera Isreal di selatan Labenon. Ramai pihak menganggap tindakan Hizbullah ini adalah mewakili tindakan awal Iran, setelah Presiden Ahmadinejad mengishtiharkan perang terhadap Israel sebelumnya. Pemimpin Hizbullah sendiri Hassan Nasrallah menegaskan bahawa tindakan mereka adalah mewakili dunia Islam dengan tidak menyebut syiah atau sunnah. Kebangkitan bersama sunnah di Palestine dan syiah di selatan Labenon benar-benar memberi ancaman baru kepada Israel dan membimbangkan sekutunya Amerika. Namun demikian, timbul persoalan mungkinkah jurang sunnah dan syiah sekali lagi digunakan untuk melemahkan kekangan terhadap Israel. Yang terbaru media menyiarkan bagaimana roket yang dilancarkan oleh Hizbullah mengenai penempatan Arab di Israel.

Mungkinkah ini titik awal untuk melaksanakan dasar ‘pecah dan perintah’. Sememangnya jelas jurang sunnah dan syiah merupakan salah satu senjata yang sentiasa digunakan oleh Amerika dan sekutunya untuk melemahkan kesatuan umat Islam. Bagi umat Islam sendiri jurang itu seperti sesuatu yang mustahil untuk diruntuhkan. Meskipun ramai ulama termasuk Hassan al-Banna sendiri cuba mewujudkan kesatuan Islam tetapi sehingga hari ini ia sukar dicapai. Lebih menyulitkan terdapat pula golongan 'keras' dari kalangan sunnah dan syiah yang mahu jurang itu terus kekal sehingga mereka memperuntukan sebahagian umurnya begitu giat mencari perbezaan antara mazhab sunnah dan syiah. Walaupun usaha mendekatkan mazhab itu begitu sukar tetapi ia tidak mustahil sebagaimana juga menjernihkan hubungan antara Presiden Omar Basyir dan Dr Hassan al-Turabi (kedua-duanya sunnah) di Sudan selalu disebut ramai sebagai ‘very difficult but not impossible’. Maka usaha berterusan perlu diambil untuk mendekatkan semula mazhab sunnah dan syiah demi kesatuan umat Islam. Pilihan yang lain ialah kita terus berbalah antaranya tentang hal ehwal politik di zaman Saiyidina Ali sehingga kita mungkin akan melihat sekali lagi jurang sunnah dan syiah itu akan menguntungkan Israel.